top of page
  • Writer's pictureArya Kahar

Kemampuan Hidup Di Kota Yang “Tak Rasional” Macam Jakarta Adalah Skill Yang Dahsyat

JAKARTA – Sistem yang tak adil adalah sistem yang tak rasional. Saya mendefinisikan “sistem yang adil” sebagai sistem yang menjamin semua individu dan kelompok untuk bebas merealisasikan potensi-potensinya. Problem yang dihadapi manusia seringkali berurusan dengan kenyataan sederhana ini: 

“Bagaimana agar yang ‘potensial’ dalam diri manusia bisa jadi ‘aktual’?” 

Bagaimana yang ‘potensial’ dalam diri manusia bisa jadi ‘aktual’. Sedangkan, halangan yang sering dihadapi manusia adalah ‘struktur’ (sistem) yang membuat dia tak bisa menyatakan potensi-potensinya dengan maksimal. Sistem yang tak rasional adalah pihak oposisi bagi manusia-manusia yang ingin mencapai sukses dalam mengembangkan potensinya. Lalu apakah manusia harus menyampingkan itu agar potensinya bisa maksimal? Mungkin. 

Sistem yang tak adil sudah pasti sistem yang menghancurkan manusia (dehumanizing) dengan cara menghalanginya menyatakan potensi-potensinya secara maksimal. Dilemanya adalah; makin maju manusia, makin ‘njlimet‘ struktur yg menunjang kehidupan dia. “Sophistication of structure“. Karena itu, kritik atas struktur-struktur yang destruktif atas manusia menjadi syarat yang tak terhindarkan dalam kehidupan modern ini.

Saya berbicara tentang manusia sekaligus bersama habitat alam / kosmos yang menunjangnya. Antroposentisme juga bisa berbahaya. Problem struktur di mana-mana adalah: Ia pasti dibuat oleh manusia (constructed). Dan manusia adalah pengidap dari sekian banyak penyakit dan kelemahan. Salah seorang teman saya, sebut saja Ahsan, pernah berkata; “Politik itu tak bermuatan. Politik hanyalah sebuah kata. Kata dengan makna yang jelas dan tunggal. Manusianya beda lagi. Manusia adalah kapal yang penuh dengan muatan. Bisa positif bisa negatif. Lalu, bagaimana dengan manusia yang berpolitik?” Seperti manusia-politik begitu pula lah kira-kira sebuah sistem yang diciptakan oleh manusia. Muatan negatif alias kelemahan mendasar manusia biasanya adalah tak bisa berfikir jernih. Pikirannya seringkali dikotori oleh bias yang bermacam-macam. Yang saya maksud dengan “bias” adalah: kecenderungan manusia menyukai hal tertentu sehingga membuat dia bertindak tak fair. Dalam bahasa Islam, bias itu adalah “hawa al-nafs“. Dalam bahasa Indonesia menjadi hawa nafsu. Struktur atau sistem yg tak adil adalah sistem yang dibuat atas dasar hawa nafsu, “at one’s or group’s whims“. Tak rasional. Struktur yang tak adil semacam ini hanya bisa dibongkar jika kita menelanjangi bias-bias yang ada di baliknya. Setiap struktur atau sistem biasanya mencoba menampilkan dirinya sebagai sesuatu yang alamiah dan normal. Setiap sistem punya tendensi untuk “self-naturalization“, mengalamiahkan dirinya. Seolah-olah ia adalah satu-satunya cara alam ini mesti diatur. Tendensi dan klaim setiap sistem untuk menjadi alamiah itu harus dikritik. Sebab biasanya dari sanalah awal-mula ketidak-adilan. Sekali lagi, sistem yang tak adil adalah sistem yang mengancam dan destruktif terhadap manusia dan kebebasannya. Hal yang tampak terlalu jelas di tubuh Jakarta. Karenanya, rasanya tak salah jika saya bilang; kemampuan hidup di kota yang “tak rasional” seperti Jakarta adalah skill yang dahsyat. Kembangkan! (ark)

0 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


bottom of page